Kamis, 07 November 2013

WELCOME TO TABANAN

disini kami menginap, heee mantab
Setelah melalui berjam-jam perjalanan melewati hutan - laut  - deretan persawahan yang menawan, maka sampailah kami di lokasi yang dituju. Jreeeng…jreeeng… Dan wowww, kamipun menganga bareng- bareng, kaget ngeliat rumahnay yang gede amir… lengkap dengan guesthouse dan komplek pura untuk ibadah di halaman rumahnya. Haduhhh jadi sungkan nih mau masuk hehe (halahh gayanya…). Dan kami yang ber-7 ini pun dibagi menjadi dua team, team mbak-mbak dan team mas-mas untuk nentuin kamar tidurnya. Dan yang lebih wow lagi, istri dan anak-cucu Bpk. Ketut ternyata semuanya baiiikkk bgt, haduuu jadi terharu gini. Kami disambut bak tamu penting yang dating dari jauh. Lengkap sudah, semuanya serba gratis plus tuan rumah yang baik dan ramahnya minta ampun.

desain dan suasana ekterior-interiornya bikin ngileerrr, cantik benerr
kebiasaan lama nih... pose dimana mana dan kapan aja
Selain fasilitas menginap dan menu makanan yang melimpah ruah, ternyata putra putri Bpk. Ketut dengan senang hati menawarkan diri sebagai guide nganterin kami semua keliling keliling kota- desa, *aduuuhh baik banget ciiiii…..* jadilah 2hari pertama kami diguide oleh Kak Dewi (putrinya Bpk. Ketut) dan hari berikutnya oleh suaminya Kak Dewi. Nah loh, kurang apa coba, apa- apa udah disiapin semuanya. Karena acara muter-muter dianterin sama orang setempat, maka kami request agar rutenya lewat jalanan yang nggak biasa alias gang tikus, selain bisa lebih cepat dan hemat waktu, juga bisa sekalian ngecengin pemandangan dan aktivitas masyarakat sekitar.

dalam satu lahan rumah ini juga dilengkapi pura yang lumayan gede juga
patung Ganesha di tengah taman
Ternyata menginap beberapa hari di Bali, dengan fasilitas yang beda (dulu biasanya kalo nggak di Motel ya di Hotel, sekarang di rumah warga  di desa - suasananya original dan masih asri), dampaknya luar biasa. Nggak hanya dapet serunya liburan, saya juga bisa sedikit belajar tentang budaya sehari- hari disana. Contohnya nih, sama halnya seperti kita umat muslim yang sehari beribadah 5 waktu, maka dalam ajaran hindu juga memiliki jam-ibadah tertentu. Ada kalanya dalam sehari mereka beberapa kali mengunjungi komplek pura di halaman rumah untuk berdoa kepada leluhur maupun menata sesaji/ persembahan berupa sekotak talam/piring dari bahan bervariasi (daun/sesek/ kuningan) yang diatasnya tertata rapi buah, bunga, dll.

Jajanan lokal di Tabanan enak enak lho… nggak jauh beda dengan di Jawa, makanan tradisional disana didominasi oleh makanan manis berbahan santan dan gula merah. Saya sih nggak inget nama makanannya satu persatu, tapi masak nggak dicobain, udah jauh jauh dateng kalo nggak nyobain jajanan lokal kan nggak afdol.
saya lupa jajan ini apa namanya, yang jelas rasanya enak, mirip kue di jawa

Di malam hari, ketika lagi leyeh- leyeh di saung/teras, diantara hembusan sejuknya angin, sayup sayup terdengar suara alunan gamelan khas Bali yang merdu, wih jadi rileks gitu, pegel- pegel di badan setelah seharian mengembara blusukan keliling kota berasa ada yg mijitin hehe. Di malam berikutnya ketika pulang sehabis jalan- jalan, Kak Dewi seperti biasa ngambil rute nyusruk lewat gang- gang kecil di desa, dan oohh saya baru tahu kalo suara gamelan yang biasanya terdengar itu asalnya dari sekelompok anggota pemain music tradisional di desa yang sepertinya lagi latihan rutin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar