Kamis, 07 November 2013

BLUSUKAN KELILING KOTA


Disana ngapain aja?? Kalo itu sih, jangan ditanya deh haha… gimana nggak, tiap hari kita keluyuran dari pagi sampai malem non stop, #sampe mirip banget sama orang yang nggak punya rumah. Apalagi kami ditemani sama guide sekaligus driver handal; Kak Dewi, yang kalo nyetir wuuussss lincah bgt larinya, spesial thanks deh buat kakak. Praktis selama liburan, mas-mas-nya duduk manis di bangku belakang haha… manut aja ke manapun mobil melaju.

duduk manis sebagai penumpang, gara2 ada guide dan driver dadakan ^^
Kak Dewi (t-shirt pink), guide dan driver handal nih...
Saya yakin untuk urusan tempat- tempat wisata di Bali, temen-temen dimanapun sepertinya udah pada hafal dan familiar ya. Mulai dari pusat kota Denpasar, pantai Kuta beserta komplek lokasinya yang heboh total karena saking banyaknya turis asing jadi berasa ada di Miami #halahh, pantai Sanur, Tanah Lot, berbagai macam tempat perbelanjaan yang bener- bener bikin laper mata, sampai ke berbagai lokasi wisata religius macem Pura, dll.


sore hari di pantai kuta, menjelang senja
Jujur, untuk lokasi alam, khususnya pantai, saya pribadi malah nggak gitu tertarik lagi dengan Kuta maupun Tanah Lot, walaupun kondisinya bagus dan menarik, namun dengan segitu banyaknya orang yang berkunjung, membuat saya agak senewen dan jadinya malah kurang bisa menikmati dengan maksimal. Saya lebih milih ke pantai- pantai yang masih belum terlalu ramai, jadi enak banget dinikmatinya, tanpa ada banyak orang lokal dan bule yang wira wiri ketika kita lagi asyik leyeh- leyeh selonjor di tepi pantai. (Flashback dikit) Beda banget ya ekspektasinya jika dibandingkan dengan jaman sekolah dulu, waktu dulu saya main ke Kuta, biasanya nyari bule trus diajakin foto bareng, trus fotonya dipamerin ke temen- temen di sekolah, haduhh nggak penting ya hahaha…emang tuh bule siapa? Artis juga bukan,.. dan anehnya teman- teman saya pun dulu juga demam melakukan hal yang sama ketika berkunjung ke Bali.


nggak tau kenapa, setiap kali liburan, keinginan belanja pasti membara haha...
Dan yang namanya liburan rame-rame apalagi ditambah ada anggota mbak-mbak dan ibu-ibu gaul, bawaanya pasti pengen belanja aja. Kelar muter- muter keliling kota pasti bawaanya request pengen belanja untuk oleh-oleh. Alhasil mobil kami yang di awal keberangkatan masih agak longgar, pada saat pulang pasti langsung jadi sesak tumpah ruah dengan keranjang belanjaan.



Alhasil, liburan kali ini bener- bener menyenangkan, terutama dari sisi kantong yang bisa berhemat banyak dengan adanya program gratisan dari rekan saya itu.. Oke sekian, Terimakasih banyakkk….

WELCOME TO TABANAN

disini kami menginap, heee mantab
Setelah melalui berjam-jam perjalanan melewati hutan - laut  - deretan persawahan yang menawan, maka sampailah kami di lokasi yang dituju. Jreeeng…jreeeng… Dan wowww, kamipun menganga bareng- bareng, kaget ngeliat rumahnay yang gede amir… lengkap dengan guesthouse dan komplek pura untuk ibadah di halaman rumahnya. Haduhhh jadi sungkan nih mau masuk hehe (halahh gayanya…). Dan kami yang ber-7 ini pun dibagi menjadi dua team, team mbak-mbak dan team mas-mas untuk nentuin kamar tidurnya. Dan yang lebih wow lagi, istri dan anak-cucu Bpk. Ketut ternyata semuanya baiiikkk bgt, haduuu jadi terharu gini. Kami disambut bak tamu penting yang dating dari jauh. Lengkap sudah, semuanya serba gratis plus tuan rumah yang baik dan ramahnya minta ampun.

desain dan suasana ekterior-interiornya bikin ngileerrr, cantik benerr
kebiasaan lama nih... pose dimana mana dan kapan aja
Selain fasilitas menginap dan menu makanan yang melimpah ruah, ternyata putra putri Bpk. Ketut dengan senang hati menawarkan diri sebagai guide nganterin kami semua keliling keliling kota- desa, *aduuuhh baik banget ciiiii…..* jadilah 2hari pertama kami diguide oleh Kak Dewi (putrinya Bpk. Ketut) dan hari berikutnya oleh suaminya Kak Dewi. Nah loh, kurang apa coba, apa- apa udah disiapin semuanya. Karena acara muter-muter dianterin sama orang setempat, maka kami request agar rutenya lewat jalanan yang nggak biasa alias gang tikus, selain bisa lebih cepat dan hemat waktu, juga bisa sekalian ngecengin pemandangan dan aktivitas masyarakat sekitar.

dalam satu lahan rumah ini juga dilengkapi pura yang lumayan gede juga
patung Ganesha di tengah taman
Ternyata menginap beberapa hari di Bali, dengan fasilitas yang beda (dulu biasanya kalo nggak di Motel ya di Hotel, sekarang di rumah warga  di desa - suasananya original dan masih asri), dampaknya luar biasa. Nggak hanya dapet serunya liburan, saya juga bisa sedikit belajar tentang budaya sehari- hari disana. Contohnya nih, sama halnya seperti kita umat muslim yang sehari beribadah 5 waktu, maka dalam ajaran hindu juga memiliki jam-ibadah tertentu. Ada kalanya dalam sehari mereka beberapa kali mengunjungi komplek pura di halaman rumah untuk berdoa kepada leluhur maupun menata sesaji/ persembahan berupa sekotak talam/piring dari bahan bervariasi (daun/sesek/ kuningan) yang diatasnya tertata rapi buah, bunga, dll.

Jajanan lokal di Tabanan enak enak lho… nggak jauh beda dengan di Jawa, makanan tradisional disana didominasi oleh makanan manis berbahan santan dan gula merah. Saya sih nggak inget nama makanannya satu persatu, tapi masak nggak dicobain, udah jauh jauh dateng kalo nggak nyobain jajanan lokal kan nggak afdol.
saya lupa jajan ini apa namanya, yang jelas rasanya enak, mirip kue di jawa

Di malam hari, ketika lagi leyeh- leyeh di saung/teras, diantara hembusan sejuknya angin, sayup sayup terdengar suara alunan gamelan khas Bali yang merdu, wih jadi rileks gitu, pegel- pegel di badan setelah seharian mengembara blusukan keliling kota berasa ada yg mijitin hehe. Di malam berikutnya ketika pulang sehabis jalan- jalan, Kak Dewi seperti biasa ngambil rute nyusruk lewat gang- gang kecil di desa, dan oohh saya baru tahu kalo suara gamelan yang biasanya terdengar itu asalnya dari sekelompok anggota pemain music tradisional di desa yang sepertinya lagi latihan rutin.

BALI : GALUNGAN, KUNINGAN, DAN PENJOR

batang bambu beraksesoris ini disebut penjor
Karena (kata temen saya) saat ini masih dalam suasana perayaan Galungan dan Kuningan di Bali, maka disepanjang perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk sampai ke lokasi pedesaan di Jln. Pantai Sesek, semaraknya minta ampun deh. Semua rumah warga sepanjang jalan semuanya dihiasi “penjor”, semacam aksesoris berupa sebatang bambu panjang yang dihiasi berbagai macam bentuk janur kuning cantik yang masih dihiasi pula dengan balutan kain warna putih dan kuning kekemasan. Di bagian agak bawah ada semacam kotak sesaji yang berisi bunga buah aksesoris lainnya dan sepertinya juga dlengkapi dupa, soalnya baunya harum semerbak.

disetiap gerbang pagar depan rumah pasti dikasih penjor
Oya, sedikit info dari berbagai sumber tentang penjor, saya jelasin dikit ya,. Bahan dasar penjor adalah tiang bambu sbg simbol gunung. Tiang bambu ini dihias seindah mungkin dengan janur dan daun lontar. Kemudian berisi berbagai hasil bumi spt buah kelapa, padi, dll. Juga terdapat daun endongan, daun beringin dan daun plawa. Ada juga lamak, sampyan, dan jenis jejahitan lainnya. Diujung penjor berisikan kain putih sbg lambing kesucian. Secara singkat penjor memiliki makna persembahan rasa syukur umat kpd-Nya atas segala berkah dan rakhmat Beliau kepada umat manusia. Pemasangan penjor Galungan adalah selama 1 bulan Bali (35 hari). Setelah hari Buda Kliwon Pegatuakan, barulah penjor ini dicabut.

hiasan pada penjor (kiri) dan pura kecil yang dihias juga (kanan)
                             

Setiap perayaan hari raya Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Bali akan memasang PENJOR di depan rumahnya masing. Penjor adalah sebuah tiang bambu tinggi yg dihiasai dengan janur, hasil-hasil bumi dan kain warna kuning-putih. Penjor adalah simbol dari gunung. Umat Hindu di Bali meyakini bahwa tempat yg tinggi seperti gunung adalah rumahnya Tuhan/Hyang Widhi. Beberapa pura terletak di kaki gunung seperti pura Besakih di kaki Gunung Agung, trus pura Batukaru dibawah kaki gunung Batukaru, dsb. Maksud dari pembuatan pura dibawah gunung adalah untuk memudahkan umat jika ingin bersembahyang, karena untuk melakukan pendakian ke puncak gunung sangat berbahaya. Maka sebagai representasi, dibuatlah pura dilerengnya. Gunung tertinggi di Bali adalah Gunung Agung yg berada di arah timur laut Bali island. Timur laut adalah pertemuan antara arah timur dan utara, karenanya dalam melakukan persembahyangan, umat Hindu menghadap kea rah timur atau utara sebagai main direction.
foto ini saya ambil saat ada acara keagamaandi salah satu pura di tanah lot
Fyi, makanya dihari pertama kami menginap di guesthouse, Ibu Ketut memberikan sedikit tata karma tentang apa yang “boleh” dan “apa yang “nggak boleh” dilakuin, karena budaya kami yang asalnya dari Jawa pasti beda dengan budaya dan kebiasaan daerah setempat. Diantaranya, kalo kita tidur nggak boleh naruh kaki menghadap timur, karena bagi umat hindu arah timur adalah arah yang disucikan (baca penjelasan ttg penjor diatas), dan bagi cewe yang lagi datang bulan dilarang seliweran di komplek pura, untuk menghormati kesucian tempat ibadah tersebut.

LIBURAN KE BALI, GRATIS, MAU?

Liburan kesini gratis? ya mau banget laahh!
Liburan bareng orang- orang terdekat merupakan satu hal yang sangat menyenangkan. Apalagi ngejalanin liburannya nggak diburu- buru waktu dan diuber- uber sopir travel agent yang segala sesuatunya sudah direncanakan sesuai jadwal. Iya, liburan saya belakangan ini formatnya jauh dari situ, sekarang saya lebih milih liburan yang santai, bawa mobil rame- rame bareng temen, nyetir gentian,  sampai nyasarpun nggak masalah, kalo kata orang jawa bilang gini “alon- alon asal kelakon”,. Enaknya jalan freestyle bareng temen, banyak, yang pasti kita bisa bebas tentukan mau apa aja dan ngapain aja. Dan yang pasti lagi, bagi yang narsisnya kelas dewa seperti saya, kita bisa stop dimanapun ketika dalam perjalanan ke suatu tempat dimana terdapat spot- spot yang asyik buat foto- foto.


Pada suatu siang, kejutan itu pun tiba,… Ketika ada salah satu partner kantor saya yang nawarin liburan ke kampungya di Bali, saya dan temen- temen pun langsung kompak “ho-oh” aja, nggak usah pake mikir panjang. Apalagi kita ditawarin fasilitas nginep di guesthousenya dia dan semua konsumsi juga ditanggung beres alias gratis. Wow, siapa coba yang berani nolak haha… lah yang pake bayar aja kita jalanin, apalagi yang model gretongan gini, sikaattt gan! Kami hanya diharuskan modal “bawa kendaraan sendiri ya…”. Kalo cuman itu doang syaratnya sih, no problem at all. Besok langsung cabut… Berangkaaaatt!!!

Seneng bisa kembali lagi ke Bali. Apalagi ke tempat yang belum pernah saya singgahi sebelumnya. Kalo jaman dulu, ketika saya tour ke Bali, tujuannya pasti muter muter Denpasar – Kuta – Nusa Dua dan ngikutin selera emak dan temen-temen emak saya saya yang sudah bisa ditebak, apalagi kalo bukan acara belanja belanji beli ini beli itu, semuanya udah disetting, jadi saya nggak bisa ikutan nentuin mau kemana. Waktu studytour jaman sekolah-pun juga sama, semuanya sudah disetting pake durasi sekian jam ketika berada dilokasi tujuan. Jadi kalo durasinya udah kelar, kami semua pada buru-buru lari terbirit birit ke tempat parkir takut ditinggal bus pariwisata hehehe…

Nah, sekarang beda, karena formatnya udah ganti jadi santai, bebas mau kemana dan ngapain aja dan seberapa lama juga terserah, segala hal yang kita lakuin rasanya jadi enaaaaakkk banget. Singkat cerita, kami diundang menginap selama beberapa hari di kampung halaman temen saya (kenalin, namanya Bpk. Ketut) di daerah Tabanan – Bali, sekitar 15 menit dari lokasi wisata Tanah Lot. Kabarnya, bulan ini merupakan bulan dimana masyarakat disana sedang merayakan “Galungan dan Kuningan” semacam tradisi adat dan peringatan hari keagamaan gitu. Jadi, suasananya lebih berasa sakral sekaligus  lebih semarak dari hari- hari normal biasanya.

Setelah beberapa hari nunggu dan janjian nentuin tanggal, akhirnya berangkatlah saya bersama temen2 kantor plus Bpk. Ketut juga sebagai penunjuk arah jalan menuju lokasi. Jalan maang… josss…