Kamis, 07 November 2013

BALI : GALUNGAN, KUNINGAN, DAN PENJOR

batang bambu beraksesoris ini disebut penjor
Karena (kata temen saya) saat ini masih dalam suasana perayaan Galungan dan Kuningan di Bali, maka disepanjang perjalanan dari pelabuhan Gilimanuk sampai ke lokasi pedesaan di Jln. Pantai Sesek, semaraknya minta ampun deh. Semua rumah warga sepanjang jalan semuanya dihiasi “penjor”, semacam aksesoris berupa sebatang bambu panjang yang dihiasi berbagai macam bentuk janur kuning cantik yang masih dihiasi pula dengan balutan kain warna putih dan kuning kekemasan. Di bagian agak bawah ada semacam kotak sesaji yang berisi bunga buah aksesoris lainnya dan sepertinya juga dlengkapi dupa, soalnya baunya harum semerbak.

disetiap gerbang pagar depan rumah pasti dikasih penjor
Oya, sedikit info dari berbagai sumber tentang penjor, saya jelasin dikit ya,. Bahan dasar penjor adalah tiang bambu sbg simbol gunung. Tiang bambu ini dihias seindah mungkin dengan janur dan daun lontar. Kemudian berisi berbagai hasil bumi spt buah kelapa, padi, dll. Juga terdapat daun endongan, daun beringin dan daun plawa. Ada juga lamak, sampyan, dan jenis jejahitan lainnya. Diujung penjor berisikan kain putih sbg lambing kesucian. Secara singkat penjor memiliki makna persembahan rasa syukur umat kpd-Nya atas segala berkah dan rakhmat Beliau kepada umat manusia. Pemasangan penjor Galungan adalah selama 1 bulan Bali (35 hari). Setelah hari Buda Kliwon Pegatuakan, barulah penjor ini dicabut.

hiasan pada penjor (kiri) dan pura kecil yang dihias juga (kanan)
                             

Setiap perayaan hari raya Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Bali akan memasang PENJOR di depan rumahnya masing. Penjor adalah sebuah tiang bambu tinggi yg dihiasai dengan janur, hasil-hasil bumi dan kain warna kuning-putih. Penjor adalah simbol dari gunung. Umat Hindu di Bali meyakini bahwa tempat yg tinggi seperti gunung adalah rumahnya Tuhan/Hyang Widhi. Beberapa pura terletak di kaki gunung seperti pura Besakih di kaki Gunung Agung, trus pura Batukaru dibawah kaki gunung Batukaru, dsb. Maksud dari pembuatan pura dibawah gunung adalah untuk memudahkan umat jika ingin bersembahyang, karena untuk melakukan pendakian ke puncak gunung sangat berbahaya. Maka sebagai representasi, dibuatlah pura dilerengnya. Gunung tertinggi di Bali adalah Gunung Agung yg berada di arah timur laut Bali island. Timur laut adalah pertemuan antara arah timur dan utara, karenanya dalam melakukan persembahyangan, umat Hindu menghadap kea rah timur atau utara sebagai main direction.
foto ini saya ambil saat ada acara keagamaandi salah satu pura di tanah lot
Fyi, makanya dihari pertama kami menginap di guesthouse, Ibu Ketut memberikan sedikit tata karma tentang apa yang “boleh” dan “apa yang “nggak boleh” dilakuin, karena budaya kami yang asalnya dari Jawa pasti beda dengan budaya dan kebiasaan daerah setempat. Diantaranya, kalo kita tidur nggak boleh naruh kaki menghadap timur, karena bagi umat hindu arah timur adalah arah yang disucikan (baca penjelasan ttg penjor diatas), dan bagi cewe yang lagi datang bulan dilarang seliweran di komplek pura, untuk menghormati kesucian tempat ibadah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar